Pembentukan Karakter Anak Usia Dini

2/25/2016

Pembentukan Karakter Anak Usia Dini - Membangun karakter ibarat mengukir. Sifat ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang diukir, tidak mudah usang tertelan waktu atau aus karena gesekan. Menghilangkan ukiran sama saja dengan menghilangkan benda yang diukir itu, karena ukiran melekat dan menyatu dengan bendanya. Demikian juga dengan karakter yang merupakan sebuah pola, baik itu pikiran, perasaan, sikap, maupun tindakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan. Proses  membangun  karakter pada  anak  juga  ibarat mengukir  atau  memahat  jiwa  sedemikian  rupa,  sehingga ”berbentuk” unik, menarik, dan berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap orang memiliki karakter berbeda-beda. Ada orang yang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, ada juga yang berperilaku negatif atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam budaya setempat (tidak/belum berkarakter atau “berkarakter” tercela).

Dengan demikian, dalam pendidikan karakter, setiap anak memiliki potensi untuk berperilaku positif atau negatif. Jika ibu- ayah membentuk karakter positif sejak anak usia dini, maka yang berkembang adalah perilaku positif tersebut. Jika tidak, tentu yang akan terjadi sebaliknya. Nah, bagaimana cara membangun karakter anak, berikut ini membumikan pendidikan uraikan beberapa hal yang perlu diketahui ibu-ayah.

Pembentukan Karakter Anak Dipengaruhi Faktor Bawaan dan Lingkungan
Ada dua faktor yang memengaruhi pembantukan karakter anak usia dini, yaitu bawaan dari dalam diri anak dan pandangan anak terhadap dunia yang dimilikinya, seperti pengetahuan, pengalaman, prinsip-prinsip moral yang diterima, bimbingan, pengarahan dan interaksi (hubungan) orang tua anak.
Lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif pula pada anak. Salah satu contoh kisah nyata, seorang anak laki-laki dibesarkan dalam lingkungan binatang. Si anak berjalan dengan merangkak, makan, bertingkah laku, dan bersuara seperti binatang karena ia tidak bisa bicara. Orang yang menemukan si anak berusaha mendidiknya kembali seperti halnya anak-anak pada umumnya. Hasilnya, si anak tetap memiliki pribadi seperti binatang karena sebagian besar hidupnya dilalui bersama binatang sejak usia dini. Tampak di sini betapa besar pengaruh lingkungan terhadap pembentukan karakter.

Dari contoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh bawaan, tetapi juga lingkungan (terutama, dalam keluarga) memiliki pengaruh yang sangat besar.

Karakter berhubungan dengan perilaku positif yang berkaitan dengan moral yang berlaku, seperti kejujuran, percaya diri, bertanggung jawab, penolong, dapat dipercaya, menghargai, menghormati, menyayangi, dan sebagai-nya. Pada dasarnya, setiap anak memiliki semua perilaku positif tersebut, seba-gaimana telah ditanamkan oleh Sang Pencipta di dalam kodratnya. Masalahnya, kemampuan dasar yang terdapat di dalam diri anak itu tidak bisa berkembang dengan sendirinya, melainkan harus dikembangkan dengan sungguh-sungguh melalui pengasuhan dan bimbingan yang positif dari ibu-ayah. Jika setiap anak dan keluarga memiliki karakter positif, maka akan tercipta masyarakat dengan moral yang baik, sehingga akan tercipta pula bangsa yang dapat hidup rukun sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.

Orang Tua yang Berkarakter Menumbuhkan Anak yang Berkarakter
Seseorang tidak dapat membantu orang lain jika ia tidak dapat membantu dirinya sendiri. Begitu juga dengan orangtua yang ingin menumbuhkan karakter positif dalam diri anak. Jika ibu-ayah ingin anaknya memiliki karakter positif, maka ibu-ayah harus memiliki karakter positif pula. Ini berarti, ibu-ayah dituntut menerapkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-harinya, serta memperlakukan anak sesuai dengan nilai-nilai moral tersebut. Jadi, tidak  hanya sekadar memberi tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan anak. Lagi pula, pada dasarnya anak memang lebih mudah belajar sesuatu melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain atau lingkungan sekitarya, bukan sekadar mendengarkan kata-kata saja

Salah satu contohnya, jika ibu-ayah ingin mengembangkan sifat peduli pada anak, maka ibu-ayah juga menerapkan perilaku peduli, baik kepada anak maupun lingkungan sekitarnya. Sikap peduli tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan perhatian kepada anak, mendengarkan keluh- kesah anak, membantu orang lain yang sedang mengalami masalah, dan sebagainya. Ketika ibu-ayah peduli dengan anak, anak akan merasa nyaman. Anak pun belajar, bersikap peduli adalah perilaku yang tepat karena menimbulkan rasa nyaman dan bermanfaat bagi setiap orang, sehingga anak kemudian akan menerapkan sikap peduli dalam kehidupan sehari-harinya. Itulah mengapa, agar anak memiliki karakter positif, ibu-ayah dituntut memiliki perilaku positif pula sehinga dapat menjadi teladan bagi anak.

Demikianlah uraian singkat mengenai pembentukan karakter anak usia dini. Semoga sahabat-sahabat membumikan pendidikan yang sudah memiliki tanggung jawab diberikan amanah oleh Yang Maha Kuasa bisa mencetak generasi-generasi penerus yang bisa dibanggakan dengan memiliki karakter yang positif.

Sumber : 

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar