Karakteristik Umum ANak Usia Dini
2/25/2016
Anak usia dini dalam beragam usia
merupakan pribadi unik yang mampu menarik perhatianorang dewasa. Bahkan tingkah
polah mereka mampu membuat para orang tua terhibur karenanya. Dalam kehidupan
sehari-hari berbagai tingkat usia anak dapat kita amati. Ada yang baru lahir,
ada yang batita (Toodler), ada balita, sampai dengan yang berusia sekolah
dasar.
Lalu apa sih anak usia dini itu? Dan bagaimana pula karakteristiknya?
Anak usia dini menurut NAEYC
(National Association for The Education of Young Children) adalah anak yang
berada pada rentang usia 0 – 8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di
Taman Penitipan Anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan prasekolah baik
itu swasta ataupun negeri, TK, dan SD.
Untuk karakteristik anak usia dini bisa dilihat d bawah ini :
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Anak usia dini sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada masa bayi
rasa inign tahu ini ditunjukkan dengan meraih benda yang ada dalam jangkauannya
kemudian memasukkannya ke mulutnya. Pada usia 3-4 tahun anak sering membongkar
pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Anak juga mula gemar
bertanya meski dalam bahasa yang masih sangat sederhana.
2. Merupakan pribadi yang unik.
Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan anak usia dini,
setiap anak memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bakat, minat, gaya belajar,
dan sebagainya. Keunikan ini berasal dari faktor genetis dan juga lingkungan.
Untuk itu pendidik perlu menerapkan pendekatan individual dalam menangani anak
usia dini.
3. Suka berfantasi dan berimajinasi.
Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan
tanggapan yang sudah ada. Imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan
obyek atau kejadian tanpa didukung data yang nyata (Siti Aisyah, 2008).
Anak usia dini sangat suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata. Bahkan terkadang mereka dapat menciptakan adanya teman imajiner. Teman imajiner itu bisa berupa orang, benda, atau pun hewan.
4. Masa paling potensial untuk belajar.
Masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau usia emas. Karena
pada rentang usia itu anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat di berbagai aspek. Pendidik perlu memberikan berbagai stimulasi yang
tepat agar masa peka ini tidak terlewatkan begitu saja. Tetapi mengisinya
dengan hal-hal yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak
5. Menunjukkan sikap egosentris.
Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri.
Anak cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu terlhat dari
perilaku anak yang masih suka berebut mainan, menangis atau merengek sampai
keinginannya terpenuhi.
6. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.
Anak usia dini memiliki rentang perhatian yang sangat pendek. Pehatian anak
akan mudah teralih pada hal lain terutama yang menarik perhatiannya. Sebagai
pendidik dalam menyampaikan pembelajaran hendaknya memperhatikan hal ini
7. Sebagai bagian dari makhluk sosial.
Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Ia
mulai belajar berbagi, mau menunggu giliran, dan mengalah terhadap temannya.
Melalui interaksi sosial ini anak membentuk konsep dirinya. Ia mulai belajar
bagaimana caranya agar ia bisa diterima lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini
anak mulai belajr untuk berperilaku sesuai tuntutan dari lingkungan sosialnya
karena ia mulai merasa membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
Selain karakteristik yang unik tersebut perlu ada perhatian pada titik kritis perkembangan yang perlu diperhatikan pada anak usia dini. Titik kritis tersebut meliputi :
Selain karakteristik yang unik tersebut perlu ada perhatian pada titik kritis perkembangan yang perlu diperhatikan pada anak usia dini. Titik kritis tersebut meliputi :
1. Membutuhkan
rasa aman, istirahat dan makanan yang baik.
2.
Datang ke dunia yang diprogram untuk meniru.
3.
Membutuhkan latihan dan rutinitas.
4.
Memiliki kebutuhan untuk banyak bertanya dan
memperoleh jawaban.
5.
Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
6.
Membutuhkan pengalaman langsung.
7.
Trial and error menjadi hal pokok dalam belajar.
8.
Bermain merupakan dunia masa kanak-kanak
B. FASE PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI
A. Pengertian Kognitif
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan
syaraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne,l976: 71). Kemampuan kognitif
ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan
syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Salah satu teori yang
berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget.
Jean Piaget, yang hidup dari tahun 1896 sampai tahun 1980, adalah seorang
ahli biologi dan psikologi berkebangsaan Swiss. Ia merupakan salah seorang yang
memmuskan teori yang dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori
ini dibangun berdasarkan dua sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran
struktural (structuralism) dan aliran konstruktif (constructivism).
Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari
pandangannya tentang inteligensi yang berkembang melalui serangkaian tahap
perkembangan yang ditandai oleh perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran
konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa, anak
membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di sekitarnya.
Dalam hal ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang selalu sibuk
membangun teori-teorinya tentang dunia di sekitarnya, melalui interaksinya
dengan lingkungan di sekitarnya. Hasil dari interaksi ini adalah terbentuknya
struktur kognitil, atau skemata (dalam bentuk tunggal disebut skema) yang
dimulai dari terbentuknya struktur berpikir secara logis, kemudian berkembang
meqjadi suatu generalisasi (kesimpulan umum).
Fase-fase Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget Perkembangan
merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif. Artinya, perkembargan terdahulu
akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan demikian, apabila
teriadi hambatan pada perkemb;rngan terdahulu maka perkembangan selaniutnya
akan memperoleh hambatan. Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat
fase, yaitu fase sensorimotor, fase praoperasional, fase operasi konkret, dan
fase operasi formal (Piaget, 1972: 49-91).
1. Fase
Sensorimotor (usia O - 2 tahun)
Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di
sekitarnya, terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa,
mencium, dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan aknvitas
yang berkaitan dengan sensoris tersebut. Koordinasi aktivitas ini disebut
dengan istilah sensorimotor.
Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak ia dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai membangun pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor, seperti menggenggam, mengisap, melihat, melempar, dan secara perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada. Selanjutnya, ia mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus.
Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak ia dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai membangun pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor, seperti menggenggam, mengisap, melihat, melempar, dan secara perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada. Selanjutnya, ia mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus.
Keadaan ini mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran, sebagai hasil pemaharnannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya.
Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah menguasai pola-pola sensorimotor yang bersifat kompleks, seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang diinginkannya (menarik, menggenggam atau meminta), menggunakan satu benda dengzur tujuan yangb erbeda. Dengan benda yanga da di tangannya,ia melakukan apa yang diinginkannya. Kemampuan ini merupakan awal kemampuan berpilar secara simbolis, yaitu kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empiris.
2. Fase Praoperasional (usia 2 - 7 tahun)
Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang
benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan
sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat
simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui
telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis
lainnva Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak.
Pada fase praoperasional, anak trdak berpikir secara operasional yaitu suatu
proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas
yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya
sebelumnya.
Fase ini merupakan rlasa permulaan bagi anak untuk membangun kenrampuannya
dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini
belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat
clibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir
secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif.
Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak
telah memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik
tidak hadir. Kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil
untuk membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa
ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana. Subfase berpikir
secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris
ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir
orang lain. Benar atau tidak benar, bagl anak pada fase ini, ditentukan oleh
cara pandangnya sendiri yang disebut dengan istilah egosentris.
Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anah kelihatannva mengerti dan mengetahui sesuatu, seperti menyusun balok meniadi rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya tidak mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi rumah. Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian.
3. Fase Operasi Konkret (usia 7- 12 tahun)
Pada fase operasi konkret, kemampuan anak untuk berpikir secara logis sudah
berkembang, dengan syarat, obyek yang menjadi sumber berpikir logis tersebut
hadir secara konkret. Kemampuan berpikir logis ini terwujud dalarn kemampuan
mengklasifikasikan obyek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara deduktif.
mengklasifikasikan obyek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara deduktif.
4. Fase Operasi Formal (12 tahun sampai usia dewasa)
Fase operasi formal ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir konkret ke
cara berpikir abstrak. Keulampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari kemampuan
mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, dan melakukan
proses berpikir ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk
membuktikan kebenaran hipotesis.
Sumber : http://mumhh.blogspot.co.id/2013/05/karakteristik-umum-anak-usia-dini.html
0 komentar